Thanks to Netflix akhir-nya bisa nonton film ini: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Setelah berbagai drama waktu berencana nonton ke bioskop tapi gagal juga. Walaupun di-claim sebagai Director’s Cut dan ga tau perbedaannya apa dengan yang biasa, with the title One Day We’ll Talk About Today, It’s okay. Tetap excited.
Sebuah film yang sangat popular karya Angga Dwimas Sasongko (Filosofi Kopi, Surat Dari Praha) karena telah ditonton sebanyak lebih dari 2 juta penonton bisokop, yang diadaptasi dari buku dengan judul yang sama karya Marchella FP. Aku udah baca buku-nya dulu sebelum nonton ini di Netflix. Dan sejujur-nya setelah baca, ga kebayang seperti apa film-nya akan dibuat. Belum baca review-nya dan juga ga bertanya ke orang-orang yang sudah menonton.
*spoiler* Potret keluarga yang terlihat bahagia dan lengkap. Ayah, Ibu dan Ketiga anak-anak mereka yang sudah dewasa: Angkasa, Aurora dan Awan. Namun seperti tagline-nya, Semua keluarga punya rahasia. Yup, itulah yang menjadi curiousity aku sebagai penonton. Apa rahasia keluarga mereka?
Penonton dibawa pelan-pelan memahami bagaimana sebenarnya keluarga ini. Ibu (Susan Bachtiar) yang hanya diam saja melihat Ayah (Donny Damar) yang keras terhadap Angkasa (Rio Dewanto) dan terlihat cuek kepada Aurora (Sheila Dara). Ayah yang over-protective kepada Awan (Rachel Amanda), sehingga terkesan Ayah memprioritaskan Awan dibanding kakak-kakak-nya.
Senang sekali Sutradara dan Penulis sukses menampilkan karakter-karakter yang kuat dan merata. Ayah sebagai orang tua otoriter dimana anak-anaknya harus mengikuti perintahnya tanpa kompromi, style orang tua lama. Ibu yang berdedikasi kepada Ayah. Angkasa dengan beban sebagai kakak pertama yang harus menjaga adik-adik-nya. Aurora yang cenderung pendiam, menyimpan sesuatu dan Awan yang ceria, keras dan terlihat percaya diri tidak pernah merasa susah karena semua sudah tersedia. Bahkan Awan selalu diantar jemput oleh Angkasa, sesuai perintah Ayah.
Titik dimana Awan akhir-nya bertemu Kale adalah saat dimana Awan menyadari bahwa selama ini dia hidup dalam kenyamanan semu, tidak menjalankan hidup sesuai dengan keinginan-nya sendiri. Awan menemukan kenyamanan pada sosok Kale.
Rasa kehilangan dan trauma mendalam dari masa lalu membuat Ayah menjadi sosok yang keras berefek pada anak-anaknya. Perbedaan perhatian yang jelas dari kecil kepada anak-anak-nya berdampak kepada mental di masa depan. Peran Ibu kemudian muncul di ending cerita. Aku suka ketika Ibu mengajak anak-anak duduk bersama menyelesaikan permasalahan. Walaupun dengan nada-nada tinggi namun itulah keluarga, suka dan duka bersama. Tidak perlu menyembunyikan kesedihan untuk membuat kebahagian.
Satu quote dari Kale yang juga aku suka “Bahagia itu tanggung jawab masing-masing.” Jadi inti-nya jangan bergantung pada orang lain untuk bahagia. Temukan kebahagian itu satu-satu. Itu yang Kale sampaikan ke Awan agar Awan bisa menemukan kebahagian-nya sendiri.
Sejujur-nya aku jarang menulis tentang film bioskop, terutama film Indonesia dan bukan pengamat yang baik. Jiper nulis-nya. Tapi aku ingin menorehkan NKTCHI dalam blog ini sebagai salah satu film berbobot masa kini yang sudah pernah aku tonton walaupun bukan di bioskop. Semoga berkenan ya dengan tulisan ini.
Untuk urusan soundtrack ga usah ditanya. Menurut-ku semua lagu-lagunya bagus, berefek membentuk emosi yang muncul pada saat menonton, salah satunya lagu dari Ardhito Pramono yang juga berperan sebagai Kale dalam film ini. Nice!
Watch on netflix
Source: Wikipedia | Poster from Liputan 6 | Photos from NKCTHI Twitter and NKCTHI Instagram