Rumah Cokelat

Finally done reading Rumah Cokelat oleh Sitta Karina. Dari dulu ga pernah ketinggalan baca buku-bukunya Sitta Karina especially tentang keluarga Hanafiah. Berbeda dari teenlit sebelumnya, Sitta Karina kali ini hadir dengan Momlit. Cerita mengenai kisah-kisah yang dialami para ibu, istri, wanita karir, dan lainnya.

Hannah Andhito adalah tipikal perempuan masa kini di kota besar; bekerja di perusahaan multinasional, mengikuti tren fashion dan gaya hidup terkini sambil berusaha menabung untuk keluarga kecilnya, sangat menyukai melukis dengan cat air (yang ternyata baru ia sadari ini adalah passion-nya!), memiliki suami yang tampan dan family-oriented, sahabat SMA yang masih in touch, serta si kecil Razsya yang usianya jalan 2 tahun.

Sempurna? Awalnya Hannah merasa begitu sampai Razsya bergumam bahwa ia menyayangi pengasuh yang sehari-hari selalu bersamanya. Perjalanan Hannah menemukan makna menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai sejak momen itu.

Walaupun aku belum menjadi ibu, tapi sungguh cerita di buku Rumah Cokelat ini sangat dekat rasanya dengan kehidupan sehari-hari. Apalagi cerita di buku ini masa kini sekali. Tokoh yang paling maksimal di sini adalah Hannah, tetapi yang paling dikagumi adalah suaminya Hannah, Wigra. Suami yang ngemong istri dan mampu bersikap bijak. Dan dari buku ini aku yakin Wigra itu eksis di dunia nyata. 😀

Akan selalu aku ingat wise quote Wigra, “Uang dicari bukan untuk seluruhnya ditabung atau seluruhnya dihambur-hamburkan. Mengapresiasi diri – dan keluarga – kita dengan hasil kerja keras juga merupakan hal penting. Life is also about dancing in the rain.

Duh kagum deh sama Wigra di buku ini. Sitta selalu berhasil bikin kita kagum sama tokoh-tokoh yang ada di bukunya. Lukisan Hujan, dan lainnya. Selamat buat Kak Sitta Karina atas Momlit-nya yang bagus. Sempat terharu dan hampir meneteskan air mata di akhir cerita.

Penerbit: Buah Hati, 2011 | Picture: goodreads

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *